Pikiran sebagai Isi Pesan Komunikasi
A. Kemampuan Berpikir Sebagai Ciri Khas Manusia
Ciri khas manusia yang membedakan derajatnya dibanding mahluk lain adalah kemampuan berpikir. Aristosteles mendefenisikan manusia sebagai binatang yang berakal budi (animal rationale). Aristosteles menyatakan ada 3 jenis mahluk hidup dengan roh yang tarafnya bertingkat-tingkat, yaitu :
1. Roh vegetatif (anima vegetatif) yang dimiliki tanaman yang hanya bisa bertahan hidup dengan cara mengkonsumsi makanan
2. Roh sensitif (anima sensitiva) yang dimiliki binatang disertai juga roh vegetatif.
3. Roh intelek (anima intelektiva) yang dimiliki manusia , disertai roh vegetatif dan sensitif.
Tiga ciri pembeda manusia dan binatang adalah :
1. ciri-ciri fisik
2. ciri-ciri sosial
3. ciri-ciri khas manusia sebagai persona
1. ciri-ciri fisik manusia antara lain ;
- Bentuk tubuhnya dapat berdiri tegak
- Dapat menggerakan dan memutar-mutar tangan dan kakinya
- Memiliki bentuk otak yang besar serta sistem saraf yang unik dan teratur
2. ciri-ciri sosial, antara lain ;
- Dapat berbicara baik lisan maupun tulisan serta mampu mempergunakan simbol
- Mampu menemukan hal-hal yang baru serta mengahsilakn kemajuan-kemajuan di bidang budaya, ilmu dan tekhnologi
- Pertumbuhan kerjasama dan persaudaraan yang makin lama semakin luas.
3. ciri-ciri khas manusia sebagai persona ( peranan individu dalam drama kehidupan)
a. Kesadaran diri
b. Berpikir reflektif, mampu menggambarkan diri dimasa lampau dan memproyeksikan diri di masa depan
c. Diskriminasi etis, mampu untuk mengadakan pilihan-pilihan baik atau buruk
d. Mampu mengadakan penilaian/penghargaan estetis
e. Kemampuan mentransendensi dimana manusia mampu melampui apa yang ada dalam pengalaman manusia
B. Intensitas Berpikir
Ada 2 aspek penting dalam diri manusia berhubungan dengan fungsi bepikir yaitu wissen (mengetahui) dan vestehen (memahami). Kaitan antara fungsi fungsi berpikir untuk mengetahui dan untuk memahami, manusia dalam proses berpikirnya dapat berpijak dari pengalaman yang sifatnya sensitivorasional dan metarasional (Poespoprodjo,1991 :4)
a. berpikir dari sensitivorasional yaitu ketika berpikir dan akan mengkomunikasikannya pada orang lain, tentang hasil pikiran tetapi memunculkannya berkisar pada persoalan tahu dan mengetahui.
b. Berpikir sampai metarasional dimana manusia tidak lagi bertolak dari relitas yang dapat diindera saja, tetapi hal-hal yang telah menjadi objek berpikr secara metafisik. Kemengertian manusia akan Tuhan dengan segala sifat-sifatnya akan membawa manusia kepada konsekuensi untuk bersujud dan berserah diri. Kepercayaan ini bersifat suprarasional. Interpretasi adalah proses memperantarai dan menyampaikan pesan secara eksplisit dan implisit termuat dalam realitas.
c. Pertimbangan nilai , sebelum pesan disampaikan kepada komunikan seorang komunikator harus melakukan pertimbangan nilai (value judgement) dalam mengemas pikirannya dengan bahasa dalam ideasi (pengidean). Ada kalanya komunikasi sebagai konsekuensi dari hubungan sosial dilakukan tanpa tujuan tertentu dalam arti tidak diharapkan timbulnya efek tertentu tetapi memunculkan nilai tertentu (Effendi, 1993 :374). Pertimbangan nilai menyangkut sikap dan harus dibedakan dari deskripsi atau penjelasan.
Seorang komunikator dalam menarik kesimpulan yang benar, memerlukan 2 syarat yaitu :
1. Putusan-putusan yang menjadi dasar pemikiran harus benar.
2. harus ada hubungan antara putusan yang satu dengan putusan yang lain memungkinkan terjadi hubungan yang tepat menuju kesimpulan.
Dengan memahami logika, seorang komunikator diharapkan tidak akan terpeleset dalam kekeliruan dan kesesatan. Francis Bacon dalam bukunya “ Novum Organum” menganjurkan penggunaan metode induktif dalam menemukan kebenaran, dengan mendasarkan pada pengamatan empiris, analisis data yang diamati, penyimpulan yang trwujud dalam hipotesis dan verifikasi hipotesis lewat pengamatan dan eksperimen lebih lanjut. Namun ada penghalang metode induktif yaitu prakonsepsi dan prasangka yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1. the idols of the tribe (idola tribus), sumber kesesatan yang berdasar pada kodrat manusia, pada ras manusia
2. the idols of the cave (idola specus), sumber kesesatan berdasar pada prasangka pribadi setiap orang, disamping dikurung oleh kesesatan-kesesatan yang umum pada umat manusia juga dikurung oleh kurungannya sendiri. Sehingga tidak mampu melihat hubungan kausalitas dari fakta-fakta yang dijumpainya.
3. the idols of the market place (idola fori), sumber kesesatan disebabkan seseorang tidak membuat pembatasan pada term-term yang dipakai untuk berpikir dan berkomunikasi.
4. the idols of the theatre (idola theatri), sumber kesesatan karena sikap seseorang dalam menerima tradisi otoritas secara membuta.
Pengertian Etika
Menurut Willianm Benton Etika adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk,harus,benar, salah dan sebagainya atau prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya dalam segala hal yang disebut juga filsafat moral (Encyclopedia Britannica, 1972)
Louis O Kattsoff, Etika adalah cabang aksiologi yang pada pokoknya mempersoalkan tentang predikat baik dan buruk(dalam arti susila atau tidak susila).(Elements of Philosophy, 1953)
Ragam defenisi etika ditinjau dari pengertian dibagi menjadi 3 :
1. Etika deskriptif, penggambaran yang menyangkut nilai dan ilmu pengetahuan dalam membicarakan baik buruknya dalam masyarakat.
2. Etika normatif, pencarian ukuran umum bagi baik dan buruknya tingkah laku.
3. Etika kefilsafatan, mempersoalkan tentang arti-arti yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipergunakan oleh orang dalam membuat tanggapan – tanggapan kesusilaan.
Franz Magnis Suseno (1997:19) dalam etika dasar menyebut ada beberapa norma. Norma adalah peraturan atau pedoman hidup tentang bagaimana seyogyanya manusia harus bertingkah laku dan berbuat dalam masyarakat. Norma-norma dapat dibedakan :
1. Norma teknis dan permainan, hanya untuk tujuan-tujuan tertentu atau untuk kegiatan sementara dan terbatas
2. Norma yang berlaku umum, yang dapat dibedakan :
- Norma kepercayaan / keagamaan
- Norma moral
- Norma sopan santun
- Norma hukum
Mazhab – Mazhab Etika
Mazhab – mazhab dalam etika diantaranya adalah :
1. Egoisme, tindakan/perbuatan yang paling baik adalah yang memberi hasil / manfaat bagi diri sendiri untk jangka waktu selama diperlukan / dalam waktu yang lama (Sutrisno Hudoyo, 1979:48). Egoisme secara praktis terlihat dari :
1.1 Hedonisme (kesenangan) yang dikelompokkan dalam :
- hedonisme etis - hedonisme psikologis
- hedonisme egois - hedonisme altruistis
- hedonisme universalistis - hedonisme estetis
- hedonisme religius - hedonisme analitis
- hedonistis sintetis empiris - hedonistis sintesis apriori
1.2 Eudaemonisme (bahagia baik rohani maupun fisik). Aristosteles berpendapat bahwa tercapai dalam kegiatan yang merealisasikan bakat-bakat dan kesenangan manusia.
2. Deontologisme (diharuskan / diwajibkan), bentuknya ada 2 :
2.1 Deontologisme Tindakan , yaitu baik dan buruknya tindakan dapat dirumuskan atau diputuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum (etika situasi).
2.2 Deontologis Peraturan, kaidah moral yang berlaku adalah baik buruknya diukur pada satu atau beberapa peraturan yang berlaku umum, dan bersifat mutlak, tidak dilihat dari baik buruknya perbuatan itu.
3. Utilitarianisme , mazhab ini berpendapat bahwa baik buruknya tindakan seseorang diukur dari akibat yang ditimbulkannya.(mazhab teleologis). Ada 2 bentuk utilitarianisme, yaitu :
3.1 Utilitarianisme Tindakan, segala tindakan manusia akan mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan akiat baik yang sebesar mungkin.
3.2 Ulititarianisme Peraturan, betindaklah sesuai perturan.
4. Theonom, mahzab ini mengatakan bahwa kehendah Allah adalah ukuran baik buruknya suatu tindakan. Ada 2 macam teori ini yaitu :
4.1 Teori Theonom murni , kaidah yg terkandung adalah suatu perbuatan dianggap benar / susila jika sesuai dengan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah kepada manusia.
4.2 Teori umum kodrat / etika perwujudan diri
Pengertian Etika Komunikasi
Richard L.Johannesen dalam bukunya Etika Komunikasi memuat pertanyaan – pertanyaan dasar yang dipakai sebagai alat untuk membuat penilaian etika komunikasi yang lebih sitematik dan memiliki dasar yang kuat :
Ia juga memaparkan 7 perspektif dalam penilaian etika komunikasi insani, yaitu :
1. perspektif politik
2. perspektif sifat manusia
3. pespektif dialogis
4. perspektif situasional
5. perspektif religius
6. perspektif legal
Jumat, 29 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar